Klandestin episode 1
Klandestin
Episode 1
Sebuah perasaan
yang hanya bisa diredam dalam hati tanpa berani untuk langsung mengutarakannya. Perasaan
yang selalu bersembunyi tanpa ingin ditemukan. Selalu secara diam-diam untuk
mengutarakannya, tanpa ada yang mengetahuinya. Apakah keadaan dapat memutar
balikkan kenyataan dan menghidupkan imajinasinya? Bagiku kau hanyalah sebuah
ilusi yang takkan pernah kudapatkan.
***
Liora calluella,
gadis yang memiliki magnet tersendiri untuk selalu bisa menangkap sosok Dalvin Ravindra,
walaupun mungkin posisinya berada di pojokan yang tertutup oleh lautan manusia.
Bahkan parahnya lagi, disaat semua siswa sibuk dengan hafalan sejarah yang
diberikan oleh Bu Intan. Liora malah memutuskan untuk menghafal jadwal
istirahat Dalvin agar ia dapat selalu melihatnya dari kejauhan, memang Liora
adalah murid yang cerdas dan selalu mendapat peringkat dua besar dikelasnya.
Belum lagi ia dapat dikatakan sebagai murid yang cantik disekolah. Tetapi,
apakah harus sebegitu tertariknya ia dengan sosok kakak kelasnya itu?
***
Hari itu Liora lupa
membawa tugas yang diberikan oleh Bu Intan. Liora merasa sangat kebingungan
bagaimana bisa ia lupa membawa tugas itu, padahal tadi malam ia sudah bersusah
payah untuk mengerjakannya. “aduh tha, gimana nih” tanyaku pada Alettha,
sahabatku yang sedang membaca buku dihadapan aku yang sedang mondar-mandir akibat tak dapat
menahan rasa takut ini. “hmm, oh iya! Kamu izin aja Ra ke Bu Shinta mau pakai handphone sebentar” kata Alettha. “iya
juga sih, tapi takut Tha, temenin dong” paksaku. “ yaudah deh”katanya. Saat
diperjalanan menuju ruang guru tiba-tiba saja Alettha berhenti mendadak. “
kenapa Tha?” tanyaku bingung. “ duuhh Ra, kamu sendiri aja yak e ruang gurunya”
katanya sambil meremas perutnya. “sakit perut ya? Yaudah deh sana” kataku
dengan sedikit kesal.
“Yah masa ke
ruang guru sendirian sihh” gumamku. Sesaat setelah sampai didepan ruang guru
Liora sedikit mengintip ke jendela. “ wah ramai, kesempatan nih” batinnya.
DEG
Spontan
jantungnya berdegup sangat kencang saat ia melihat apa yang didapatinya. “ DALVIN??
Ngapain dia disini?” batinnya. Tiba-tiba Liora teringat kembali akan tujuannya
ia datang ke tempat itu. “duh ada Dalvin disebelah Bu Shinta!” batinnya lagi.
Tetapi karena teringat masalah ini menyangkut nilai, ia mulai tidak
memperdulikanya dan memulai untuk mengeluarkan suaranya kepada Bu Shinta
“permisi Bu” kata Liora dengan sedikit gugup. Baru saja ia mengeluarkan sedikit
kata, Dalvin, kakak kelas yang dikagumi olehnya itu menengok kearahnya dan
memerhatikannya sebentar.
DEG
“YAAMPUNN,
ASTAGAA” dalam hatinya. Ia sangat tidak percaya sekaligus senang akan kejadian
ini.
“Bu maaf, saya
boleh pakai handphone saya sebentar?”
kata Liora.
“Boleh, tapi
semua handphone kalian ibu taruh diatas” kata Bu Shinta.
Tanpa ada angin,
hujan dan badai, tiba-tiba Dalvin menyodorkan handphone miliknya tepat didepanku. “nih pakai, buru-buru kan?”
katanya.
Liora mematung,
gemetaran tak karuan. “ hah? Serius?” tanya Liora untuk memastikan.
“ya iyalah, masa
bercanda” timpal Dalvin.
“makasih ka”
kata Liora yang sudah tidak tahu ingin berbuat apa lagi dan langsung memakai
benda itu sesuai dengan kebutuhannya.
***
“Ra, lo kenapa? Daritadi
senyum-senyum sendiri, cerita dong!!” tanya Sera yang tampak sangat
kebingungan.
“Kalian pasti
nggak percaya, bahkan, yang katanya bumi dan langit takkan bisa bersatupun
telah berubah. Mereka telah bersatu untuk tidak mempercayai kejadian ini” kata
Liora setengah melamun.
“aduh Ra bahasa
lo ituloh, ganahan banget” goda Belva.
“yah, harusnya gue
tadi ikut nih, jadi ketinggalan berita deh!” gumam Alettha.
“udah cepat
kasihtau!” paksa Sera sambil memukul-mukul pundak Liora.
“ Tadi itu….”
Bersambung
uwuwuwuwuwuwuwwwwwwww
BalasHapus